Marriage Life #1: Menikahi WNA

Aku terbiasa masuk ke zona baru yang menyelisihi rutinitas. Makin menantang, makin semangat. Seasing-asingnya tempat atau suasana baru itu, aku tetap merasa punya kendali. Kalau kepepet dan nyasar, aku harus begini dan begitu. Aku paham aku harus melakukan apa untuk bertahan dan menyelesaikan perjalanan.

Sampai kemudian Allah menempatkanku pada zona yang betul-betul asing dari sudut mana pun. Ini bukan tempat dan situasi yang… bahkan terbersit di kepalaku pun enggak. Mana aku pernah mikir bakal menikahi orang asing dari negara yang jauhnya bukan main?

Ini kejauhan, sih… Yah ngapain pulaaak gue maen jauh-jauh -___-

Pernah mikir sekilas (betul-betul sekilas karena nggak mungkin aku menikah dengan WNA, ibuk ku gimana helloooooo?) pilih negara Turki atau Jerman. Kenapa? Karena muslimnya banyak yang keren di dua negara itu. Menurutku, sih, gitu WKWK. Tiba-tiba yang Allah sodorkan adalah INGGRIS. Negara ini nggak pernah aku pikirkan karena… kayak kejauhan aja gitu. Aksen Inggrisnya, geografisnya, semuanya lah. Nggak pernah riset tentang Inggris, apa pun bentuknya. Masuk ke daftar negara prioritas untuk traveling aja enggak.

https://www.invert.vn/

Tiba-tiba aku merasa hilang kendali. Stres? Jangan ditanya. Kaki yang terseok-seok dan badan yang babak belur ini akhirnya sampai pada pos pendakian 1 dengan petunjuk pertama: Allah ingin meminta bayaran atas satu cita-cita tertinggiku. Kontan. Bukan dimulai setelah menikah, tapi justru jauh sebelum itu, saat pertama kali aku memutuskan untuk berproses dengan WNA.

Al Baqarah: 155
Al Imran: 159
At Thalaq: 3

Tiga ayat itu bermuara pada KEYAKINAN. Sejauh mana aku meyakini segala janji Allah? Seberapa besar rasa bersandar dan bergantungku kepada Allah?

Kebayang ya, betapa dulu para sahabat Rasulullah SAW yang mutqin (nggak cuma hapal, tapi mengamalkan dengan sungguh-sungguh setiap ayat yang dihapal) berulang kali diuji dengan setiap ayat pada situasi dan kondisi yang jauuuuuh dari ideal.

Diuji pada titik terendah.

Namun, dengan cara itulah keimanan mereka justru melejit, viral di langit. Bahkan mereka sendiri yang melepas segala jubah kenikmatan dan kemudahan, kemudian memilih hidup bersahaja. Lalu aku? Baru diuji dengan 3 ayat itu, stresnya nggak hilang-hilang. Bonyok sana-sini. Kalau dipikir-pikir, permintaan Allah gampang aja kan?

“Yakinlah padaKu..” Kira-kira begitu kata Allah. Praktiknya? BERAAAT, luuur! Aku yang well-prepared, koleris, thinking, ngegas melulu (LOL), dan selalu berusaha taktis-strategis, tiba-tiba diminta “Santai saja… serahkan semua padaKu…”

Tiba-tiba harus punya skill, “Yaudah, gimana Allah aja. Kalau Allah maunya begitu, ya gapapa.”

Aku bukan tipe “gimana nanti” atau “let it flow tanpa rencana” TAPI Allah kasih aku situasi yang mengharuskan aku untuk slow down, jangan ngegas melulu, dan berserah sepenuhnya.

Al Imran: 159
Setelah bertekad (berikhtiar), bertawakalah kepada Allah. Biar Allah yang urus sisanya. Toh aku sudah melibatkan Allah sejak awal, bahkan sebelum memulai proses taaruf. Aku istikharah bahkan sebelum memulai taaruf dengan suami. Aneh? Buat sebagian orang, mungkin iya. Aku pernah ditertawakan oleh seorang guru. “Istikharah itu pas step selanjutnya, pas mau khitbah.” Kira-kira begitu kata beliau.

Padahal kata Rasulullah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Istikharahlah meski sandal putus…” Sebab kita nggak pernah tahu, perkara mana yang akan membawa dampak besar di kemudian hari.

Dikit-dikit istikharah, dikit-dikit ngobrol sama Allah. Itu yang kulakukan. Mau balas pesan teksnya suami pun waktu itu kuharus istikharah dulu supaya apa yang kukatakan terbimbing oleh Allah. Apalagi mau telponan, kudu solat dan dzikiran dulu.

Aku ingat, tiap berdoa, kuminta… suami yang taat dan takut kepada Allah, ketika aku melihat wajahnya dan bersama dengannya juga keluarganya, aku merasa tenang, keimananku bertambah, aku merasa dicintai dengan tulus, aku merasakan rumah dan pelukan ibuk.

And Allah said, “Nyoh! Tak kasih.” Lalu kuberjumpa suami dengan cara yang… ajaib? :/ Ajaib, soalnya dalam waktu 4 bulan aku udah di UK. *nangis sambil ketawa*

 

to be continue…

2 tanggapan pada “Marriage Life #1: Menikahi WNA

Terima kasih sudah membaca :D Apa pendapatmu?

error: Content is protected !!