Menjawab Tantangan Global dengan Kurikulum Internasional

Amerika, Jerman, Belanda, dan seluruh negara Skandinavia adalah contoh negara-negara kebangsaan yang berhasil membangun bangsa dan peradabannya melalui pendidikan.[1] Atas dasar persepsi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan manusia berkualitas, itulah mengapa senator John F. Kennedy (1957) dan para Gubernur di Amerika Serikat memandang bahwa keberhasilan negaranya dalam persaingan global ditentukan oleh kualitas pembelajaran di sekolah.[2]

Pandangan tersebut sejalan dengan pemikiran para founding father Republik Indonesia yang memasukkan pendidikan ke dalam pasal 31 UUD 1945. Build nation build school. Pendidikan berperan strategis dalam pembangunan bangsa dan negara.

Sayangnya, sistem pendidikan Indonesia tidak ada kemajuan selama 20 tahun terakhir, menurut Programme for International Student Asessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Ditambah kualitas pendidikan Indonesia masih rendah sebagaimana yang tercatat di The Guardian, Indonesia menempati urutan ke-57 dari total 65 negara dari segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan.

Sinergi Positif Akademisi, Pemerintah, dan Ormas

Perlu langkah-langkah strategis dan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, dan sistem evaluasi yang perumusannya harus melibatkan semua stake holder bangsa Indonesia, khususnya anggota ormas yang sebagai akar rumput yang mengenali kebutuhan secara detail, para akademisi yang memiliki kompetensi dalam mengejawantahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi program, dan pemerintah yang menetapkan kebijakan agar menjadi sistem paten yang memenuhi kebutuhan pendidikan secara holistik.

Peningkatan Kualitas Pengajar dan Ketersediaan Sarana-Prasarana

Sebaik apa pun kurikulum global yang telah disusun, tidak akan ada artinya tanpa perbaikan kualitas tenaga pengajar dalam menerapkan kurikulum tersebut kepada para siswa. Pengajar yang berkapasitas akan menghasilkan anak didik yang berkualitas.

Kualitas anak didik yang ditentukan oleh kualitas pengajar tak hanya ada pada perkara kompetensi, tapi juga pada perihal teknis, yakni sebaran. Tenaga pengajar harus tersebar merata ke seluruh daerah di Indonesia, khususnya daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) di Indonesia Timur.

Selain tenaga pengajar dan sebarannya, maka sarana dan prasarana tak kalah penting. Ketersediaan alat penunjang kebutuhan belajar siswa yang tak hanya berbentuk fisik, tapi sekaligus memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan, seperti fasilitas komprehensif yang disediakan oleh Sampoerna University, yakni pengembangan minat bakat siswa secara akademis maupun profesional demi mencapai kompetensi bekerja skala internasional. Tentu pendidikan internasional yang ditawarkan sudah termasuk sajian kurikulum internasional.

Relevansi Sistem Nasional dan Internasional

Tak bisa dipungkiri, pengaruh global dalam dunia pendidikan menyerbu dan dengan sangat cepat menggeser dunia konvensional ke teknologi digital. Perubahan dari industri 4.0 menuju 5.0 terasa makin masif dan menuntut kita untuk serba bisa. Mudahnya mencari informasi dan melakukan pertemuan daring pun mendorong pemerintah meluncurkan berbagai program penunjang pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) telah menyiapkan regulasi terkait pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi agar semakin terbuka ruang yang lebih besar bagi anak-anak Indonesia untuk menyalurkan bakat dan minat mereka sekaligus memastikan mereka mendapatkan apresiasi yang layak dari pemerintah.

Perbaikan tersebut tentu tak lepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah Internasional. Kesetaraan ilmu yang diperoleh menjadi salah satu tujuan yang sedang diperjuangkan oleh pemerintah melalui sajian kurikulum yang lebih segar, holistik, dan menjawab tantangan zaman.

Perbaruan Kurikulum

Kurikulum yang baru dan setara dengan negara-negara maju akan membantu Indonesia mengakselerasi kualitas pendidikannya. Para siswa akan lebih terlatih untuk mengembangkan keahlian, gagasan, dan potensi yang dimiliki sehingga akan lebih banyak siswa aktif dan mandiri yang menjadi inovator, penemu, dan pionir sesuai kapasitas diri masing-masing.

Kurikulum Merdeka merupakan salah satu program yang diluncurkan pemerintah untuk menjawab tantangan zaman dalam persaingan global. Kurikulum ini disajikan dengan lebih relevan dan interaktif, merujuk berbagai studi nasional dan internasional agar krisis pembelajaran di Indonesia dapat teratasi.

[1] Rais Hidayat. Yuyun Elizabeth Patras. 2013. Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional. Universitas Negeri Jakarta. Universitas Pakuan Bogor.

[2] John Dewey. 1964. Democracy and Education. New York: The Mac Millan Co.

Terima kasih sudah membaca :D Apa pendapatmu?

error: Content is protected !!