Kesadaran saya untuk hidup sehat dan nyunnah, mulai stabil diterapkan sejak Juni 2018. Waktu itu bulan puasa. Saya habis sakit flu, demam, batuk, pilek. Sakit biasa. Cuma, yang bikin nggak biasa adalah dokter yang meriksa saya judesnya luar binasa. Saya pernah tulis di sini, dokter itu (dokter langganan lho padahal) yang dulunya ramah dan hangat, jadi jutek dan hobi marah-marah ke pasien pasca kliniknya buka layanan BPJS.
Coba, kenapa itu? Emosi gara-gara orang miskin berobat gratis? Nggak ikhlas? Mending nggak usah kerja deh lo! *astaghfirullaaaah* *emosi lagi kan gua*
Sejak kejadian dimarahin itu, saya kapok ke dokter. Padahal itu sekali-kalinya saya ke dokter langganan itu lagi pasca operasi amandel 2 tahun lalu. Udah dua tahun nggak bolak-balik dokter lagi. Sekalinya ke situ, dimarahin, dijutekin.
Oke! Kaki saya nggak bakal sudi nginjek area klinik itu lagi. Boro-boro kaki, mata saya ogah deh ngelirik tempat itu. Akibat kejadian emosional itu, saya memutuskan untuk hidup lebih sehat biar nggak perlu ke dokter, nggak perlu minum obat kimia lagi. Bosen juga tiap sakit mesti ke dokter.
1. Makan Menu Rebus dan/atau Kukus (Meminimalisir Makanan Berminyak)
Saya nggak tahu kenapa tiba-tiba memutuskan mulai tanggal 30 Mei 2019 menghindari segala macam bentuk makanan yang digoreng. Semoga konsisten untuk seterusnya. Sebetulnya udah berencana sejak kuliah gara-gara ada temen bilang,
“Kenapa orang jepang sehat-sehat dan jarang yang kegemukan/obesitas kayak orang barat? Karena mayoritas menu makanan jepang itu rebus dan kukus. Udah gitu, makanannya makanan laut, sayur, bergizi banget kan?”
Saat itu tahun 2014, saya mikir, wah seru juga ya kalau saya nerapin kayak gitu di rumah. Selain sehat, hemat karena nggak perlu beli minyak goreng lagi, sekaligus meminimalisir sampah plastik dari produk minyak goreng. Asik nih. Akhirnya, baru terealisasi sekarang. 2019 😀
Sayangnya, kalau di kos, saya nggak bisa pegang kontrol penuh soal makanan berminyak ini. Pasti deh menu yang dibeli ada unsur minyak goreng/digoreng dulu. Ya nggak apa-apa sih. Pelan-pelan aja. Toh ini saya juga masih membiasakan diri dulu. Baru juga mulai hari Kamis kemarin.
2. Sarapan Oatmeal, Susu Kambing, dan Selai Cokelat
Ini akibat Ramadhan tahun ini ngekos (lagi) di Jakarta. Pengalaman tahun 2016-2017, nggak lagi deh ngeribetin diri sendiri soal makan. Males bawa rice cooker, males masak, males beli keluar, males pake ojek online karena kost-nya masuk gang kecil dan nggak semua ojol tau lokasinya meski pakai peta. Bener-bener mau yang tinggal tuang, aduk, makan, tapi tetep sehat, dan awet tahan lama. Nggak mau ribet, tapi banyak maunya.
Akhirnya beli oatmeal instan, tambah susu bubuk kambing yang khasiatnya lebih besar daripada susu sapi harga murah meriah, tambah selai cokelat Nutella yang mahal itu. Lalu mendadak saya merasa terlahir dari keluarga konglomerat kaya raya tajir melintir akibat sarapan yang kelihatannya mewah.
Sepaket susu kambing, oatmeal, dan selai cokelat ukuran mini, bisa buat sarapan dua pekan. Kalo nggak salah sepaket ini harganya 100 ribu. Kalau sarapannya beli, misalnya nasi uduk, gorengan, bihun, tempe orek, dua pekan bisa habis 140 ribu. FYI yah, di Jakarta, harga makan paling murah 10 ribu. Ada sih 7 ribu, tapi pake promo di aplikasi ojol.
Serius sih, kalau dihitung-hitung, jauh lebih murah dan sehat makan ala -ala kayak gitu. Saya hindari mie instan. Sejak kuliah udah komitmen makan mie instan cukup sebulan sekali tapi sekali makan dua bungkus plus telor rebus, sayuran, dan sosis rebus huahahaha.
3. Makan Buah Minimal 2x Sepekan
Kenapa 2x? Pertama, jadwal saya pulang ke rumah adalah sabtu minggu. Jadi kesempatan makan buah sepuasnya cuma di rumah. Toko buah juga deket. Kedua, kalau di kosan, nemu toko buah yang deket cuma minimarket biru-kuning-merah itu.
Mereka jual buah eceran. Itu pun saya cuma sanggup beli pisang karena murah meriah. Bisa sih kalau mau beli mangga, buah naga, dll, tapi sayang aja mending buat beli makan siang. Inget nabung buat umroh tahun depan, jadi berusaha hemat sehemat-hematnya. *beda tipis sama pelit*
4. Minum Madu Lambung Setiap Malam
Ini produk nggak diendorse ya. Saya minum ini awalnya karena ibuk beli. Ibuk punya asam lambung, kolesterol, dan darah rendah. Nggak sering kambuh sih, cuma suka ngerasa pegel linu dan pusing sekali dua kali. Setelah minum madu lambung, badan enak banget, BAB lancar, lambung nggak pernah ngerasa sakit lagi. Tokcer banget pokoknya.
Lalu cobalah saya dan cocok juga. Lalu sejak Ramadhan 2019 ini mulai rajin minum malam sebelum tidur dan pagi sebelum sarapan. Produk madu campur kunyit, temulawak, ketumbar ini jadi menu favorit saya sejak 2019.
5. Minum Habbatussauda 3-7 Kapsul
Kalau ini rutin minum minimal 3 kapsul sejak Juni 2018 itu. Habbats ini efeknya paling kerasa. Daya tahan tubuh saya jadi meningkat pesat. Paling pol sakit demam-batuk-pilek. Itu pun jarang. Soalnya kalau udah ngerasa ada gejala tenggorokan gatal atau bersin-bersin, langsung minum habbats 7 kapsul plus air hangat dua gelas gede, lalu tidur. Pas bangun, insyaa Allah sehat lagi. Kalau lagi nggak gejala mau sakit, minum 3 kapsul aja.
Rutinitas kayak gitu saya lakuin terus sampai detik ini. Dan bener, setelah 7 bulan konsumsi herbal, apalagi ini sunnah kan, badan nggak gampang rontok kalo habis dibawa aktivitas padat seharian. Alhamdulillah. Saya percaya hadits Rasulullah SAW,
“Sungguh dalam habbatus sauda’ itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian”.
6. Sayur Setiap Hari
Ini juga wajib rebus. No goreng-goreng, no oseng-oseng karena pakai minyak. Paling banter kalau mau ada rasa asin atau manis, dibikin menu salad aja pakai mayonnaise atau yoghurt. Selain salad, kalau butuh rasa asin, sayur rebusnya saya taburi garam sedikit. Lalu makan sebagaimana biasa. Atau dibikin kuah kayak sayur bayam pada umumnya.
Oh ya, sambel! Bikin sambel juga cukup direbus tomat dan cabai, lalu ulek bareng bawang putih-bawang merah-terasi-gula-garam. Kalau nggak pakai terasi juga nggak apa-apa. Bebas sesuai selera.
Saya jadi belajar juga sih ini. Ternyata banyak variasi menu hasil masak rebus dan kukus. Nggak melulu apa-apa harus digoreng. Makan menu rebusan dan kukus itu sehat. Terus, yang digoreng nggak sehat dong? Jelek, bisa bikin penyakit bahaya?
Yaa itu kalau gorengnya pakai minyak yang sama berkali-kali (normalnya 1-2 kali aja). Seringnya kan kita merasa sayang kalau minyaknya cuma dipake sekali. Meski pakai minyak zaitun sekalipun yang paling high quality, tetep aja idealnya cukup sekali dipakai menggoreng makanan, setelah itu wajib dibuang.
***
Sebetulnya, kebiasaan saya ini termasuk sederhana. Kalau buat orang-orang barat, sarapan oatmeal itu standar banget. Makanan sejuta umat. Lha buat kita? Kayaknya masih dianggap mewah ya. Padahal menurut kalkulasi warga kos yang nggak mau ribet tapi bawel soal kesehatan, menu oatmeal ini pas banget.
Apa dengan rutinitas baru kayak gini terus nanti saya bakal sehat terus nggak akan sakit lagi? Ya enggak lah bosque 😀 Sakit mah sakit aja. Polusi juga ngaruh, virus dari lingkungan sekitar, bakteri dari sana sini, dst, dll, dsb itu juga pemicu orang bisa sakit.
TAPI SEENGGAKNYA, dengan pola yang sekarang saya terapkan, saya sedang berinvestasi untuk masa depan, untuk kesehatan di masa tua ?
Dengan 6 point yang dijalankan ini, semoga kesehatan tetap terjaga hingga masa tua nanti.
Moga konsisten menjalankan programnya, Mbak.
Salam.