2019: Kerja Kantoran (Lagi) | Cerita Kuli Tinta #1

Saya baca ulang novel Resign karya Almira Bastari dan berharap di kantor saya sekarang ada bos tipe Tigran. Sayang seribu sayang, meski divisi saya didominasi milenial, nyatanya 90% sudah menikah. Bos saya yang berkarisma di sini pun sudah laku. Hiks.

Februari 2019 saya putuskan untuk bekerja lagi. Yeaaah, saya tahu saya agak labil, ya. Kelihatannya pasti begitu. Namun, percayalah. Semua keputusan ini sudah saya ambil masak-masak, banyak petimbangan, dan tentu berbulan-bulan saya utak-atik peta hidup. Ada banyak sekali rencana yang dikerucutkan lagi, sehingga memudahkan saya untuk mewujudkannya tahun ini.

Katanya, a dream written down with a date becomes a goal. A goal broken down into steps becomes a plan. A plan backed by action make your dreams come true.

Untuk saat ini, saya merasa butuh tempat untuk mengembangkan diri di luar, bertemu lingkungan baru, orang-orang baru, tantangan tekanan baru, dan tempat belajar yang sangat dinamis. Bersamaan dengan profesi sebagai buruh ini, saya tetap jadi bloger. Oh, tidak mungkin saya tinggalkan pekerjaan yang satu itu. Bukan pekerjaan, sih, tapi hobi, passion.

Saya pernah curhat di sini, kalau bekerja di mana pun, harus fokus pada keterampilan yang saya punya. Jangan ngalor-ngidul tak nyambung lagi. Harus fokus pada passion agar nantinya, saya bisa membuka lapangan kerja baru pada bidang literasi, pokoknya segala hal tentang tulis-menulis.

Catatan: sampai detik ini, saya masih ada dalam barisan pendukung gerakan β€˜bekerja di luar kantor (tidak jadi karyawan) tetap bisa membuat seseorang mendapatkan informasi terkini dan berkembang pesat sebagaimana yang bekerja di kantor’ Wuih, panjang, ya, judulnya. πŸ˜€

Justru makin saya heboh dengan pekerjaan kantor, intensitas menulis dan berkarya sebagai bloger juga harus makin pol-polan. Jangan kasih kendoooorr!!

Pekerjaan Kantor Paling Ideal, So Far

Sekarang, saya bekerja di salah satu stasiun televisi swasta nasional yang tidak ada tayangan sinetron di sana (dilarang nebak-nebak wkwk). Saya masuk ke bagian divisi digital, khususnya content writer. Tugas saya seputar menulis, mencari ide-ide segar untuk konten youtube, dan nantinya bekerja bersama content creator.

Pekerjaan yang dinamis, bebas, menuntut kreativitas dan inovasi, kecepatan tinggi, berikut kekompakan tim. Ini saya banget, sih.Β Tim-nya juga asyik sekali.

Rapat bersama tim Digital Service

Saya ingat, selepas resign dari kantor terakhir pada Oktober 2018, saya minta ke Allah agar bisa bekerja di lingkungan yang baik, bersama orang-orang tulus, mudah beribadah, mudah mengikuti kegiatan positif di luar pekerjaan kantor, sesuai dengan passion, dan tidak melanggar prinsip agama.

Setelahnya, sempat datang tawaran kerja dari beberapa perusahaan besar. Ada perusahaan asal Jerman, Thailand, Australia, dan China. Sayangnya, di antara itu ada saja hal-hal yang membuat saya merasa tak nyaman. Tugasnya oke, tempatnya asyik sekali, tapi saya harus menulis tulisan yang tidak saya sepakati, khususnya soal aqidah. Misalnya, ada tawaran kerja yang mengharuskan saya menulis artikel tentang fengshui.

Mohon maaf, bagi sebagian orang barangkali tak masalah. Bebas saja, sebab kembali lagi ke prinsip pribadi masing-masing. Hanya saja, saya berkomitmen untuk tidak bekerja pada lembaga apa pun yang mengharuskan saya menulis topik-topik berkaitan dengan zodiak dan hal-hal serupa (termasuk fengshui), mempromosikan rokok, minuman keras, apa pun yang berkaitan dengan riba, dan kondom.

Jadi Content Writer, Jadi Tim Kreatif

CW di kantor saya sekarang mengharuskan saya mengikuti perkembangan terkini, apa yang jadi tren, apa yang tidak disukai masyarakat, termasuk menciptakan konten yang berpotensi viral. Pengalaman menulis yang saya punya selama ini jelas sangat membantu. Namun, penekanan CW di sini lebih kepada berpikir kreatif dan inovatif.

Kalau untuk acara TV, ada namanya tim kreatif, asisten produser, produser, produser eksekutif, dst. Nah, posisi CW ini sama seperti tim kreatif. Kerja sama dengan produser. Oleh karena saya ada di divisi digital, maka posisi yang setara dengan produser disebut Video Creator atau VC. Kami berdua memikirkan konten apa yang menarik untuk diunggah di kanal youtube. VC punya bagian memandu konten, akan seperti apa dan dibawa ke mana, sedangkan saya sebagai CW, tugasnya menulis skrip untuk video di youtube.

Serius, pekerjaan ini menyenangkan! Alhamdulillah. Sejauh ini, sih, menyenangkan ya hahaha. Entahlah besok sore. Saya tidak punya keinginan untuk terus bekerja di sini dalam jangka waktu lama (sampai 10 tahun, misalnya). Tujuan utama saya tetap satu; bekerja di mana saja sebagai penulis dan/atau pengarang, konsultan kepenulisan, dan bloger.

19 tanggapan pada “2019: Kerja Kantoran (Lagi) | Cerita Kuli Tinta #1

Tinggalkan Balasan ke Nina Batalkan balasan

error: Content is protected !!