Ulugh Beg: Keturunan Genghis Khan Jadi Pahlawan Dunia Islam

Siapa sangka? Negeri kecil di tengah-tengah benua Asia, terkenal dengan padang pasir yang luas dan panas serta pegunungan tinggi ini, ternyata menjadi salah satu sebab munculnya kegemilangan peradaban Islam di dunia.

Adalah sebuah kota di Uzbekisan, negeri yang terkenal dengan The Great of Silk Road-nya selama ribuan tahun, membentang hingga Nusantara, menjadi saksi penyebaran Islam yang dibawa serta bersama para pedagang, ulama, dan masyarakat. Di negeri inilah, sebuah kota kecil memberikan kontribusinya bagi sejarah hidup manusia.

Menyusuri The Great of Silk Road, Jalur Sutra yang Ternama

Uzbekistan adalah negeri kecil yang terletak di tengah-tengah benua Asia yang sangat luas. Uzbekistan dikelilingi negara-negara besar seperti Rusia, Cina, Iran, dan Turki. Negeri ini dikelilingi oleh padang pasir yang luas dan panas, serta dan pegunungan yang menjulang tinggi. Pada siang hari, suhunya bisa mencapai 40 – 45°C dan malam hari 20°C.

Uzbekistan mendapat julukan negeri jalan sutera selama ribuan tahun. Negeri yang dilalui pedagang sutera ini menghubungkan Cina, Persia, dan India. Jalurnya membentang panjang, hingga tiba di Nusantara, menjadi saksi Islam yang hilir mudik dari satu tempat ke tempat lainnya.

en.wikipedia.org

Pusat Ilmu Pengetahuan Dunia

Samarkand. Sebuah kota paling tua, bersama dengan kota kelahiran Imam Bukhari, yaitu kota Bukhara yang berada di Uzbekistan. Kota Samarkand ramai dikunjungi oleh jutaan manusia yang hendak menuntut ilmu, atau sekedar berwisata. Pada tahun 1400-an, Samarkand menampakkan kemewahan dengan berdirinya sekolah atau madrasah paling indah di dunia. Gedung madrasah Samarkand sangat megah, dihiasi keramik mengilap bergambar bintang-bintang gemerlap.

commons.wikimedia.org

Budaya Belajar dan Mengkaji Ilmu

Orang-orang pintar mengajar di Samarkand. Ada ahli agama Islam Imam Al Bukhori, ahli pengobatan Ibnu Sina, dan penyair Umar Kayam. Pun menjadi basecamp ahli ilmu alamiah, pengarang, dan pelukis seperti Rudaki, Babur, Jami, Avicenna, Navoi, Mukimi, Furkat.

Konon, ilmuwan-ilmuwan di Samarkand tidak pernah mengangkat kepalanya dari buku. Para ilmuwan jarang keluar rumah. Perumpamaan bahwa mereka sangat gemar membaca dengan intensitas tinggi. Mereka sibuk belajar dan meneliti. Hasilnya, kota ini demikian cemerlang dengan riuh ilmu pengetahuan dan ramainya suara-suara orang yang gemar belajar. Di bangku-bangku sekolah, di pinggir taman, di setiap sudut kota, ilmu begitu dicintai. Ilmu diposisikan laksana oksigen, menjadi sumber keberlangsungan hidup. Ilmu yang mulia dan penuh berkah.

Apa yang kemudian membuat Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zaman itu? Jawabannya adalah pemimpin. Di bawah penguasa atau pemimpian yang mencintai ilmu pengetahuan, negara bisa berubah menjadi pusat peradaban dan kebudayaan. Itulah salah satu yang terjadi di Samarkand, Uzbekistan. Saat itu, Timur Leng mengamanahkan cucunya Mirza Muhammad Taraghay bin Shahrukh, untuk memimpin dan menjadi sultan di Samarkand.

wartapilihan.com

Pesona Ulugh Beg: Bintang Bumi yang Mengangkasa

Di antara banyaknya ilmuwan, ulama, dan para ahli yang belajar serta mengajarkan ilmu di kota Samarkand, sampai saat ini, nama Ulugh Beg (Oulough Beg) lah yang melegenda dan sempurna memukau dunia. Ulugh Beg adalah cicit dari Tamerlan (Timur Lenk), masih keturunan Genghis Khan; pendiri Bangsa Mongol. Jika Timur Lenk dan anggota keluarganya yang lain adalah tentara, maka Ulugh Beg adalah seorang Ilmuwan.

Oleh sebab kecintaan pada ilmu pengetahuan yang begitu mendalam, Mirza Muhammad Taraghay bin Shahrukh, yang lahir pada 22 Maret 1394 di Persia, mengubah kota Samarkand menjadi semacam pusat penelitan dan kota pelajar.

Di kota Samarkand, ia membangun madrasah atau semacam universitas saat ini, dan mengundang banyak ilmuan untuk melakukan riset. Riset yang dilakukan bukan terbatas pada bidang sastra dan kajian Al Quran saja. Ia bahkan fokus pada penelitian di bidang matematika, trigonometri, dan geometri. Bahkan ilmu astronomi juga mendapat perhatian khusus.

republika.co.id

Cikal Bakal Ilmu Astronomi dan Observatorium

Ulugh Beg membuat gedung pengamatan bintang terbesar di dunia. Gedung itu berupa busur derajat setinggi 40 meter (setinggi gedung 10 lantai). Gedung itulah yang kemudian menjadi observatorium terbesar di dunia. Didirikan pada tahun 1421 M, bersama-sama dengan beberapa sarjana ia menyusun data-data astronomis, yang dikenal dengan naman Zeij Ulugh Beyj. Zeyj (tabel) tersebut selesai disusun pada tahun 1437 M, dan pada abad 17, zeij ini diterjemahkan ke bahasa Barat.

Tak mau kalah, Indonesia pun memiliki observatorium yang namanya dikenal luas setelah muncul sebagai lokasi syuting film Petualangan Sherina; observatorium Boscha. Namun sayangnya, observatorium Ulugh Beg kini sudah tidak ada lagi. Hanya tinggal satu bagian saja.

Ulugh Beg dan para ilmuwannya mencatat lokasi 1022 bintang dengan sangat tepat. Digunakan untuk menentukan koordinat matahari, bulan, dan planet lain. Ulugh Beg menciptakan katalog astronomi, yang disebut, “Meja Bintang.” Begitu cerdas dan jauhnya visi Ulugh Beg.

Pada zaman itu tabel bintang yang dibuat oleh Ulugh Beg berguna untuk petunjuk arah bagi pedagang sutera. Peta bintang dibutuhkan saat pedagang berjalan di padang pasir. Ketepatan tabel bintang Ulugh Beg tidak terkalahkan dengan tabel bintang modern. Padahal ketika itu, Ulugh Beg mengamati bintang hanya dengan mata telanjang. Tanpa teleskop dan komputer.

Disebutkan dalam Science in Islamic Civilisation, observatorium yang dibangun Ulugh Beg ini menjadi observaorium terbaik di dunia saat itu. Bahkan dengan peralatan yang sangat canggih untuk ukuran zaman tersebut, 100 tahun kemudian, banyak observatorium di Eropa yang menirunya. Observatorium Uraniborg yang dibangun pada tahun 1576 dan Observatorium Stierneborg yang dibangun pada tahun 1584.

Ulugh Beg meninggal pada 27 Oktober 1449 Masehi, bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 853 Hijriah. Maka, acap kali astronomi menjadi referensi saat mempelajari dunia angkasa, patut kita ingat dengan baik bahwa Islam menghadirkan Ulugh Beg ke muka bumi atas rahmat dan kuasa Allah. Betapa ilmuwan muslim memberikan kontribusi besar bagi kemajuan ilmu di dunia.

commons.wikimedia.org

commons.wikimedia.org

Kota Rome Timur dan Kharisma Ulugh Beg yang Mendunia

Ulugh Beg telah menjadi permata, sekaligus jejak yang melekat bagi kotanya, Samarkand. Tak salah bila penyair dan ahli sejarah masa lalu menyebut kota ini sebagai “Rome Timur” dan “Mutiara” Muslim Timur dunia, atau “Permata dari Timur“. Simbol bahwa kota terbesar ketiga di Uzbekistan ini memiliki karisma dan kuasa tak terbantahkan. Sekali lagi, Ulugh Beg sukses membawa apa yang menjadi passionnya ke permukaan, mengenalkan sains dalam cermin Islam.

Pada akhirnya, ilmu hisab atau ilmu falak yang kini kita pelajari, menjadi bukti dedikasi terbesarnya pada kehidupan di dunia. Salah satu contoh hasil penelitiannya yang berharga yaitu bintang atau zodiak yang kita kenal saat ini. Buruj-buruj (bintang/zodiac): Haml (Aries), Tsaur (Taurus), Jauza (Gemini), Sarathan (Cancer), Asad (Leo), Sunbulah (Virgo), Mizan (Libra), ‘Aqrab (Scorpio), Qaws (Sagitarius), Jady (Capricornus), Dalwu (Aquarius), dan Hut (Pisces).

Dalam Islam, ilmu perbintangan itu digunakan sebagai penentu waktu, gerhana bulan, gerhana matahari, dan untuk melakukan perhitungan atau hisab awal bulan. Bukan untuk meramal jodoh, nasib baik, zodiak, asmara, dan semacamnya.

flickr.com

Sumber referensi:

http://www.turkindorus.com/
http://www.asiamaya.com
http://bobo.kidnesia.com
http://pustaka.islamnet.web.id
http://www.rmol.co

31 tanggapan pada “Ulugh Beg: Keturunan Genghis Khan Jadi Pahlawan Dunia Islam

Tinggalkan Balasan ke Kurnia amelia Batalkan balasan

error: Content is protected !!