Sebagaimana ulasan saya soal kuliner yang sungguh abal-abal sesuai judulnya, mengenai topik yang satu ini juga ternyata sama aja. Saya sering nggak perhatian dengan apa yang masuk ke dalam tubuh, khususnya soal kehalalan dan kethayyiban makanan/minuman.
Kalau di jalan, saking capek, suntuk, dan lapar yang sudah keterlaluan, maka yang ada di dalam kepala cuma makan sesegera mungkin, isi perut sampai kenyang. Lhaa tapi malah abai sama tempat makannya. Saya pikir tulisan saya ini berlaku khusus di Indonesia aja ya karena soal pangan halal sudah ramai jadi perhatian utama masyarakat dan pemerintah.
Jangan bahas gimana kalau makan di luar negeri dah yaa. Sebab beda lagi cara pandang dan penerapan hukum islamnya, menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana kia berada. Islam itu banyak aturan, tapi nggak ribet, insyaa Allah.
Oh ya, saya nulis ini lebih berdasarkan pengalaman aja. Jangan tanya referensi kitab ya. Sebab saya bukan ahlinya. 🙂
Riset Internet
Kalau masih bingung gimana cara mencari restoran yang aman dari segi menu makanan dan minumannya, maka sebelum berangkat coba riset/cek informasi lewat internet dulu. Tempat makan mana aja yang sudah dapat sertifikat halal MUI. Upayakan untuk menyimpan data itu agar nantinya ketika kita butuh, bisa langsung buka dokumen yang sudah tersimpan.
Tanya Pelayan Restoran
Jika sudah terlanjur masuk ke restoran, lalu ragu dengan aneka menu makanan dan minuman yang disajikan, maka tanyakan secara sopan kepada pegawai mengenai bahan dasar dari menu makanan dan minuman di situ. Ada kandungan babinya nggak, ada rumnya nggak, dst.
Hindari Dua Pilihan Menu: Halal dan Haram
Jika ada menu daging ayam dan daging babi dalam daftar menu, maka alangkah lebih baik kalau kita mundur aja. Sebab kita kan nggak pernah tahu juga apakah daging babi tersebut dimasak dengan alat yang sama atau diolah bercampur-baur dengan bahan halal? Soalnya kalau bercampur begitu, yang halal hukumnya tetap haram karena sudah terkontaminasi.
Ikuti Informasi Terkini MUI
Halalmui.org menampilkan daftar restoran mana aja yang sudah tersertifikasi halal oleh pemerintah. Sebab, masih banyak, lho, restoran yang belum mengurus sertifikat halal. Dahulukan memilih restoran yang sudah mendapat jaminan kehalalan dari lembaga yang berwenang. Sebab, jika sudah tersertifikasi resmi, maka dapat dipastikan mulai dari pilihan bahan baku, proses produksi, sampai sajiannya aman, sehat, dan sesuai syariat.
Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan, obat-obatan, kosmetika dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan.
***

his-travel.co.id
Nah, cuma, dalam beberapa kondisi, makanan yang tidak nampak keharamannya secara zhahir (secara fisik, bisa dilihat jelas oleh mata), hukum asalnya halal walaupun tidak ada cap halal. Sebab semua yang Allah turunkan di bumi ini —kecuali yang jelas disebut keharamannya di Alqur’an— adalah halal.
Kecuali ada keraguan yang didasari indikasi atau kabar yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa makanan tersebut mengandung keharaman. Lebih lagi jika buktinya otentik sampai tingkatan yakin itu mengandung keharaman, maka wajib ditinggalkan.
Beberapa orang mengadukan sesuatu kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, ada orang yang baru masuk Islam memberi kami daging. Kami tidak tahu ia menyebut nama Allah atau tidak ketika menyembelih.” Rasulullah bersabda: “kalau begitu, sebutlah nama Allah lalu kalian makanlah.“ (HR. Bukhari 5507)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan hadits ini: ‘Rasulullah SAW ketika bersabda ‘kalau begitu, sebutlah nama Allah lalu kalian makanlah’ seolah-olah merupakan kritikan pedas terhadap mereka.
Seolah-olah beliau mengatakan, ‘kalian tidak mendapat taklif (beban syariat) dari amalan orang lain. Soal menyembelih (daging hadiah tersebut), itu amalan si pemberi. Dan kalian kelak (di akhirat) tidak akan ditanya mengenai amalan itu. Yang ditanya dari kalian adalah yang kalian amalkan. Jadi, kalian sebutlah nama Allah dan makanlah.‘
Jadi buat saya, kalau di Indonesia, karena masyarakat dan pemerintah kita udah menjadikan soal ini sebagai topik utama yang wajib diperhatikan serius oleh ummat Islam, maka saya pribadi mencoba untuk lebih berhati-hati aja dengan asupan makanan-minuman dengan cek label halal.
Cuma, kalau saya sedang ada di daerah/wilayah/negara yang mayoritas non muslim, maka cukup makanan itu bukan babi/anjing/ular/yang jelas diharamkan Alqur’an dan tidak nampak jelas keharamannya oleh mata, maka saya akan langsung makan.
Adakah yang punya pengalaman soal pilih tempat makan halal begini?
Alasan ini nih yg akhirnya bikin aku capek tinggal di Sydney dan malas terlalu eksplor Aussie. Mencari tempat makan halal, nggak segampang itu. Ngebekel terus sih bisa ya. Walo sering tak sempat. Blm lg nyari tempat sholat. Wadehhh…. wes pulang aja ayok kita pulang ke Indo…. wkwkkwkw…..
Iya mbak. Mending bekel sih daripada makan yg syubhat. Walopun kalo ga jelas kelihatan mata telanjang sebenernya gapapa dimakan. Tapi ya daripada kita ragu dan demi badan bersih, berhati-hati lebih baik. Hehe
Saya setuju dg point 3. Lebih baik menghindari tempat makan yg menawarkan 2 menu tersebut.
Cuma saya jarang banget makan di restoran, cuma sekali-sekali. Dulu saya kerja di pabrik, tiap hari kerja makan ya cuma di warteg dekat pabrik…
Salam,
Betul pak. Lebih baik menjaga sejak awal daripada badan kita terlanjur “terkotori” oleh hal-hal haram atau syubhat.
dulu waktu lagi trip ke parapat dan karo, susah banget nyari makanan halal
kebanyakan B1 dan B2 semua euy
Terus gimana dong? Bawa bekal?
Alhamdulillah selama ini saya kalau makan di luar gitu, tida pernah pusing mikir halal atau tidaknya, karena InsyaAllah suda pasti halal karena di Indonesiaaa dan makannya paling ayam-ayam atau sayuran gitu wkwkw 😀
Mungkin besok kalau sudah sanggup main di luar negeri, ya agak ribet 😀
Iya ya Alhamdulillah kalau di Indonesia masih mudah dapat makanan halal. Yang sedih kalau ke LN, bingung carinya. Yaudah jadi vegetarian yang aman hehe
Hahaha iyaaa bener sih, kalau sudah jadi vegetarian mah, aman.
Ah bemer juga ya, satu resto menyediakan dua menu halal dan haram, jatuhnya malah meragukan. Dan sesuatu yg ragu-ragu jrs ditinggalkan
0
Benar sekali