Sebetulnya, saya yang hidup dengan demikian banyak kenikmatan ini, ternyata lebih karena saya sedang menumpang berkah orangtua, khususnya Ibu.
Saya biasa memanggil dan menulis panggilan bagi beliau dengan sebutan Ibuk. Ada huruf tambahan K, sebagai tanda bahwa saya sangat mencintai beliau dengan segala kebersahajaan, kesabaran, dan kekokohannya sebagai seorang wanita. Ya, saya menjadi mudah melakukan apa saja; kuliah, bekerja, berorganisasi, bertemu dan akrab dengan kawan-kawan baik, berada di lingkungan yang saling mengajarkan kebaikan. Semuanya karena beliau. Karena Ibu(k).
Ibuk menunjukkan –bukan mengajarkan— kepada saya bagaimana cara kerja air mata seorang wanita. Ibuk adalah wanita yang, entahlah, plegmatis tapi luar biasa halus perasaannya. Jika disakiti, air matanya cepat kering, kemudian esoknya bahagia kembali. Tertawa-tawa, seolah tidak pernah ada kesedihan yang mampir.
Ibuk paham bahwa kesedihan yang berlarut-larut akan berpeluang menumpulkan daya juang, semangat, dan antusiasme. Bukan berarti dilarang menangis. Air mata harus terus ada, tidak boleh kering karena ada jatah bahagia dalam siklus hidup manusia. Bahagia yang butuh air mata. Sejatinya, air mata memang tidak boleh habis karena dengannya, hati yang keras bisa menjadi lembut.
Hidup karena Doa dan Sujud Panjang Ibuk
Melalui Ibuk lah, Allah mudahkan langkah saya. Apa pun yang saya lakukan, apa pun yang saya perjuangkan, Allah wujudkan karena doa-doa Ibuk yang tidak pernah putus. Saya hidup karena doa Ibuk. Bahkan dalam setiap umpatan kesalnya, selalu doa baik yang disebut.
Kesimpulan ini saya buat setelah perenungan panjang. Di tengah himpitan kesulitan yang kami hadapi bersama selama belasan tahun, tidak sedikit pun, tidak sedetik pun, kami terperosok, hilang kendali terhadap kesadaran bertuhan, kesadaran bahwa kami punya iman yang lebih wajib dijaga sampai mati.
Meski kami pernah berada dalam siklus hidup paling bawah yang seperti di dalam drama menyedihkan itu, ternyata kami selalu ada dalam keterbimbingan, selalu dituntun.
Kawan-kawan dekat yang pernah singgah ke rumah saya dan bertemu Ibuk, biasanya berakhir dengan simpulan, “Ibumu lucu ya” atau “Ibumu halus sekali” ditambah embel-embel kehidupan yang mapan dan tercukupi semuanya. Alhamdulillah… Allah masih menutupi aib kami.
Pernah saya dapat nasihat dari seseorang,
“Meski hidupmu sulit, butuh ini itu, menderita, sedih, jangan perlihatkan kepada orang lain. Biarlah orang-orang tahu kamu selalu bahagia, selalu merasa cukup. Tetaplah membantu, menolong, mengeluarkan saat sempit. Ini namanya mental kaya. Nanti Allah yang akan buat kamu benar-benar kaya. Harta maupun jiwa. Jiwa yang lapang dan mudah memaafkan.”
Bagi saya, nasihat ini seperti pelepas dahaga. Begitu saya menengok rumah, melihat wajah Ibuk dengan lipatan-lipatan usia yang mulai jelas nampak, saya temukan nasihat itu sudah beliau lakukan. Bahkan sudah dilakukan jauh sebelum saya mendengar nasihat itu. Yang terjadi kemudian, air mata saya menderas.
Betapa selama ini saya sibuk mencari jawaban di luar. Ternyata, di dalam rumah sudah ada semuanya. Meski tak mengenal teorinya, tak pernah membaca teksnya, Ibuk sudah menaklukkan kerasnya hidup dengan penerimaan yang demikian luas dan dalam, penerimaan yang tulus tanpa tapi.
Ibuk melakukannya tanpa pernah tahu bahwa yang ia lakukan adalah salah satu pekerjaan paling sulit di muka bumi. Ibuk hanya tahu bahwa ia harus menolong, karena ia pernah berada dalam posisi terjepit seperti orang yang ditolongnya.
Kesempatan Hidup Lebih Panjang dari Tiga Saudara Lainnya
Ketika saya SMA, Ibuk bercerita bahwa sebetulnya saya punya dua kakak dan satu adik. Namun, ketiga saudara kandung saya tidak bertahan lama. Hanya saya yang masih Allah beri umur hingga detik ini, menyicip seluruh bangku pendidikan tanpa kendala, sehat segar bugar, berkawan dengan orang-orang baik dan tulus serta merasakan segala kenikmatan hidup yang tak dirasakan tiga saudara saya. Kesempatan berharga yang wajib saya syukuri dan dihabiskan dengan berbuat baik sebanyak mungkin.
Ibuk demikian kokoh sosoknya mengakar di dalam diri saya, di kepala saya. Seandainya bisa saya analogikan seluruh perasaan saya kepada Ibuk dalam sebuah genre musik, barangkali akustik jadi model yang tepat. Bagi saya, akustik mengesankan kesederhanaan, kehangatan, romantisme sekaligus suasana santai.
Saya mencintai Ibuk dalam wujud yang sederhana dan hangat, seperti memijat punggung, mencium, dan memeluknya setiap hari. Saya membangun romantisme bersama Ibuk dengan menyisihkan waktu pada malam hari sebelum tidur, menggenggam erat tangannya. Sembari tiduran santai, mata kami memandang langit-langit kamar dan bercerita apa saja tentang masa depan.
Semoga Allah anugerahi usia yang panjang untuk Ibuk sehingga beliau bisa terus mendampingi saya menyelesaikan sebuah buku dan menemani saya mencapai karir kepenulisan yang puluhan tahun saya bangun. Kelak, ketika impian itu telah saya wujudkan, semoga Ibuk ada di samping saya, memeluk, dan mencium anaknya dengan perasaan bangga dan bahagia.
Dan bagi saya, kami serupa manusia dan bayangannya. Ke mana pun saya pergi, di mana pun saya berada, sampai kapan pun waktu akan membawa saya berjalan, semua yang ada pada Ibuk akan melekat kuat dalam benak saya, dalam tingkah laku, dalam keseharian. Semua.
Garis wajahnya, kerutan di bawah mata, senyumnya, tawanya, sedihnya, marahnya, sentuhannya, apalagi kata-kata ajaib yang keluar dari mulutnya; nasihat dan doa. Semua, tanpa terkecuali. Sebab Ibuk adalah rumah tatkala panas dan hujan. Ibuk adalah selimut ketika musim datang menggigil.
Terima kasih, Buk… sudah berkenan menjadi Ibuk ku yang hangat dan penuh cinta. Aku sayang Ibuk dengan penuh kesyukuran. Sehat selalu ya, Buk… :”)
Semoga panjang umur dan sehat selalu ibuk ya mbak, sehingga bisa menyaksikan saat mbak sudah mencapai impian-impian yang masih ingin di raih
Masyaallaah saat membaca ini, terasa ananda mampu melihat,mendengar, memahami dan membangun kontak dengan ibu.
Senantiasa allaah berikan kesehatan dan keselamatan serta berkah umur untuk ibu yang membersamai tumbuh kembang ananda. Anandapun mampu membersamai ibu di hari tuanya.
Ibu madrasah pertama bagi ananda
Keluarga tempat kembali ananda dari kehidupan luar yang memberi warna.
Masya Allah semoga Ibuk selalu dalam lindungan Allah ya. Baper bacanya ?.
Oya Sekar, Mbak mau kasih award nih. Cek link ini ya https://zarakhma.wordpress.com/2019/01/24/sunshine-blogger-award/
Tak bisa kuberkata apa-apa, Sekar. Semoga hidupmu dan hidup Ibukmu selalu bahagia ya. Bahagia di dunia dan akhirat selalu bersama.
Duh, cerita Mba jadi mengingatkan saya pada almarhumah mama, yang belum 1 tahun ini meninggalkan kami. Al-fatihah untuk mama. Masing-masing anak patut berterima kasih pada ibunya ya, Mba, yang merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, tanpa mengharapkan imbalan.
Masya Allah, Sekar patut berbangga dan berbahagia memiliki Ibuk yang begitu sayang dalam keadaan apapun. Semoga Ibuk sehat dan bisa menyaksikan putrinya menerbitkan buku impian
Semoga ibunya mbk Sekar sehat selaluuu…. :”)
huaaaa, terharu bacanya Mbak..
semoga Ibuknya sehat selalu ya dan bisa selalu berada di dekat Mbak 🙂
Demikianlah wujud kasih sayang Ibu yah Mbak. Semoga Beliau selalu dalam lindungan-Nya dan sehat selalu. Salam takzim buat ibunya Mbak.
So deep mba, semoga ibuk nya dalam keadaan sehat walafiat selalu ya mba AMIN. Kita juga harus bersyukur mempunyai ibu yang masih hidup ?
0
Masyaa allah mba, tulisannnya mengingatkan ibu saya juga yang saya panggil mama, dan sekarang saya sudah tak bisa mendekap wajah dan tangannya ? alfatihah buat ibu saya…
0
Sabar ya mb, selalu kirimkan Doa. Sebuah ikatan anak dan mama tidak akan berakhir Meski berpisah emm
Terbawa oleh setiap kata yang di tuliskan, rumah and ibu memang segalanya sumber hehe setuju mungkin banget tidak Ada teori namun itu justru lebih bermakna. Salam kenal kakak diajeng sekar. Semoga kakak dan ibuk selalu dalam Rahmat Allah
0
Salam hormat utk ibuk ya mba.. Semoga beliau senantiasa sehat dan bahagia dan mendampingiku dalam kesuksesan kelak.. Aamiin..
Masyaallah mba aku jadi menunduk malu, apa yang sudah aku berioan ke mama ya.. Sehat selalu untuk ibundanya ya mba
Jadi kangen ibu saya…pengen segera datang ke rumahnya..heu. Semoga ibuknya selalu sehat dan bahagia ya.Mba..Semoga Mba sibeei kesempatan utk dpt.membahagiakannya selalu..
amiiin YRA untuk semua doanya untuk Ibuk. Mamaku juga menjadi saksi dan pejuang hidup yang tak pernah putus asa. Aku belajar kuat darinya..
Aamiin ya Rabb… jadi kangen ibuk sekar 🙂
Terharu saya bacanya. Apalagi saya juga seorang ibu. Membayang anak saya berterima kasih seperti ini. Semoga selalu sehat ibunya, ya 🙂
Semoga ibunda Mba Sekar sehat dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin…
Aih…jadi pengin peluk2 ibuku yang guratan usianya sudah terlihat jelas. Betapa beliau mengajarkan bagaimana menjadi perempuan yang kuat. Dia tak lembut, namun tak pernah abai pada anak-anaknya. Cara menyayanginya sangat istimewa. Semoga aku masih diberi kesempatan untuk terus membahagiakannya di usia senja.
Akhirnya aku mayan tahu mbak sekar seperti apa
Dulu kan cuma wa an aj y hehehe
Mengenai sosok ibu emang beliau itu sosok luar biasa y mb
Ibu2 zaman dulu di tengah keterbatasan mampu nganterin anakny menuju kesuksesan
Selalu kagum dengan tulisan-tulisanmu, Mbak. Selalu berkarya yang terbaik dan berbagi kebahagiaan, seperti pesan ibuk.
Sehat selalu, Ibuk..
Barakallahu fiikum para Ibu di seluruh dunia.
Aku jadi rindu Ibuku di Surabaya.
Huuuwwaa~
Bener bnget mba kesusahan itu harus ditutupi cuma Kita dan Allah yg cukup tahu setuju bngt,,, semangat mba,,,
Beramal di saat sempit bener banget ya mbak gak hanya di saat lapang, justru itu ujian bagi kita. Ikut mendoakan untuk ibunya agar sehat selalu.
Nangis bacanya mbak. Terharu. Bersyukur Alhamdulillah atas karunia Allah yang sudah diberikan. Salam buat Ibuk ya mbak
Mbak saya suka banget sama nasihatnya. Betul meskipun kita dalam keadaan sedih jangan pernah pelrihatkan kesedihan kita pada orang lain. Mbak izin share ya mantul banget
Sesuatu yang menyakitkan konon akan menjadi bunga terindah untuk langkah di depan jika kita percaya dan tabah menjalaninya. Semoga ibu menjadi wanita yang senantiasa bahagia, sehat, aamiin dan Sekar jadi wanita yang tangguh karena perjalanan selama ini. Jadilah rumput yang bisa hidup dalam media apapun, bahkan meski terbakar dan tercabut dari akarnya
Iya mbak, bisa jadi kita sesukses sekarang jg krn doa ibu ya.
Semoga ibu2 kita senantiasa sehat dan diberi usia panjang jd kita jg bisa lama berbakti pd ibu ya mbak aamiin.
Ngomongin orang tua selalu sukses bikin saya berkaca-kaca. Apalagi tentang ibu. Duh… suka keingetan sama diri yang belom bisa bikin mama bahagia. Sampe segede gini masih nyusahin beliau. Dan bener banget, berkat doanya, kita bisa sampai seperti ini. Semoga semua ibu selalu bisa berbahagia. Aamiin.
Alhamdulillah ya Allah, semangat ya mba mewujudkan apa yang diinginkan. Ibuk sehat selalu, bahagia memiliki ibuk yang menyayangi dalam keaadaan apapun kita. Saya jadi kangen ibu di Kendal mba.
Aaaaakh, haruuuu :’)
Sehat selalu untukmu dan ibukmu ya, Mba :’
nulisnya pake hati dan perasaan nih.
Kerasa gitu ya? Haha
Semoga bunda n sekar selalu sehat wal’afiat dan bahagia aamiiinnn