Rasanya Olahraga Pakai Rok

Di kampus saya, mata kuliah mahasiswa tingkat 1 alias mahasiswa baru adalah pelajaran SMA kelas 13/SMA kelas 4. Artinya, yang dipelajari semuanya mata pelajaran lanjutan dari SMA; kimia, fisika, biologi, sosiologi, ekonomi, matematika, sampai olahraga juga ada mata kuliahnya.

Entah dulu di SMA jurusan IPS atau IPA, semua mata kuliah sosial dan sains diberikan di kampus saya, khusus untuk mahasiswa tingkat satu (dua semester). Ada yang bisa tebak saya kuliah di mana?

Olah Raga: Mata Kuliah Paling Menantang

Kenapa menantang? Sebab, di bangku kuliahlah untuk pertama kalinya saya pakai rok dalam segala aktivitas, termasuk olahraga, bahkan naik gunung. Jilbab yang saya pakai pun lebar dan panjang sampai pinggul, seringnya sampai menutupi pantat. Dulu. Hahahahaha

Awal ikut mata kuliah olahraga, saya pakai celana karena kekhawatiran mengenai gerak yang terbatasi dan tidak bebas kalau tidak pakai celana panjang. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya saya mulai coba pakai rok dalam segala kegiatan dan meninggalkan celana untuk selamanya.

Saya pakai rok hitam lebar pada mata kuliah olahraga, di mana materi kuliah saat itu adalah pemanasan sebelum senam dan berlatih gerakan-gerakan senam yang ringan sampai berat.

Saya ingat sekali, sewaktu pemanasan, ada lari-lari kecil (jogging) dan melompati tali yang tingginya kurang lebih selutut. Saya lompat dengan hati yang sedikit ragu apakah saya bisa mendarat mulus dengan pakaian baru ini (rok).

Ternyata, saya jatuh. Tersungkur. Kepala yang mendarat lebih dulu di lantai gymnasium. Beruntung, saat itu latihan tidak dilakukan di atas jalanan aspal. Mengingat gaya jatuhnya, barangkali bibir dan wajah saya sudah tidak berbentuk. Namun, saat itu saya baik-baik saja. Hanya lutut terasa sakit sedikit.

Titik Balik: Makin Konsisten Pakai Rok

Sejak kejadian jatuh tersungkur itu, justru saya semakin tertantang untuk mencari strategi agar gerakan saya lebih bebas dan tetap benar meski mengenakan rok. Saya tidak terpikir sama sekali untuk kembali memakai celana.

Peristiwa jatuh itulah yang kemudian membuat gerakan saya lebih lincah, cepat, dan dilakukan total tidak setengah-setengah. Mengapa? Pertama, pembuktian kepada teman-teman bahwa pilihan ini tidak menjadikan saya terbatasi geraknya. Kedua, pilihan berpakaian ini bukannya membuat saya mundur tapi justru tertantang untuk maju dan konsisten terhadap apa yang saya pilih.

Pun sewaktu saya melakukan pemanasan, jogging, berlari keliling lapangan olah raga di area gymnasium kampus, bahkan keliling seluruh komplek kampus yang sangat luas, saya tetap mengenakan jilbab dan rok lengkap. Saya sama sekali tidak merasa terganggu, kerepotan, maupun kepanasan.

Berhijab, Justru Makin Keratif dan Inovatif

Jika hendak merefleksikan bagaimana pakaian takwa muslimah ini tak mengenal medan, maka ingatlah bagaimana para shahabiyah berperang bersama pria-pria, menunggang kuda, membawa tombak dan panah, menghunus pedang. Lalu dengan gagah berani, para muslimah itu menebas musuh-musuh Islam.

Seluruh rangkaian peristiwa di medan perang itu mereka lalui dengan mengenakan hijab. Hijab tidak membatasi, tapi justru membuat pemakainya lebih kreatif dan inovatif. Misalnya, dalam hal inovasi bahan pakaian dan jilbab, supaya makin mendukung aktivitas harian.

Bagi para muslimah berhijab, jangan pernah takut lagi untuk melakukan aktivitas apa pun selagi itu baik, kita masih sehat, dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana ucapan Hasan Al Bashri, โ€œLakukalah kebaikan sekecil apa pun, sebab kita tidak pernah tahu amalan mana yang akan memasukkan kita ke surga.โ€

Termasuk konsistensi berhijab, barangkali kelihatan sepele, tapi di sinilah letak komitmen kita dalam berislam dan menjaga hubungan ruhiyah dengan Allah SWT.

Makin Tertantang Mencoba Semua Jenis Olah Raga

Gara-gara peristiwa jatuh itu, lalu komitmen saya pakai rok dan berhijab rapi saat kuliah, tantangan mengatur strategi bergerak supaya tidak jatuh lagi, pada akhirnya membuat saya memutuskan untuk naik gunung!

Sebelum naik gunung, saya latihan selama satu bulan. Apa saja latihannya?

Ya, intinya, saya pakai rok itu sepaket dengan jilbab. Itu sama sekali bukan soal fisik dan dunia, sebab model pakaian yang saya kenakan tidak akan menjadi masalah untuk urusan duniawi. Hijab adalah perkara ruhiyah, soal hubungan batin manusia dengan Rabb-nya. Jadi, santai aja ๐Ÿ˜€

Sekarang juga ada rok celana yang praktis dan tetap tampak seperti rok meski saat kita pakai bentuknya celana. Kenapa saya tetap keras kepala pakai rok? Sebab setiap saya pakai celana, entah kenapa selalu sobek. Itu.

 

 

Di bawah pendingin ruangan,
12:13 WIB

2 tanggapan pada “Rasanya Olahraga Pakai Rok

  • Haha sekarang jilbabku nggak selebar dulu, dris. Lebih karena aku sekarang suka pake jilbab bergo dan postur tubuh kecilku nggak cocok kalau pakai bergo yang terlalu lebar, Panjang atau pendek, yang penting menutupi dada, nggak menerawang, nggak tipis, dan nggak ketat. Udah itu aja hehe.

    Buat perempuan, proses dari nggak pakai jilbab sampai pakai jilbab aja cukup panjang dan perlu kesiapan hati (nggak kayak cowok yang kalau berubah ya berubah aja, nggak butuh waktu lama). Pun dengan proses mengubah pakaian jadi lebih syari. Semoga kita istiqomah berjilbab dan terus berproses jadi muslimah yang makin baik ya dris. ๐Ÿ™‚ love you

Terima kasih sudah membaca :D Apa pendapatmu?

error: Content is protected !!