Rating IMDB: 8.0/10
First Published: 9 Juni 1989 (USA)
Untuk ukuran pembuatan film di tahun segitu, itu keren! Eh emang kayaknya rata-rata film jadul tuh asik-asik ya. Seru dan banyak yang memotivasi. Nggak kebanyakan ngayal kayak sekarang. Haha. Palingan Star Wars yang istiqomah menghadirkan alien, fantasi yang tiap gue liat lagi, jadinya ngikik sendiri. Geli. wkwkwk
Btw, gue jadi sering pake IMDB sebagai referensi tajam dan terpercaya *halah* sekarang semenjak nonton Shawshank Redemption. Huh. Temen gue yang satu itu sangat beracun. Yang ngerekomendasiin Shawshank. Pffft!
Yap, mari kita kupas dan obok-obok sampe jeroannya. Here we goooo!!
Ini Dia Si Pemeran Jumanji
Gue inget pertama kali liat John Keating, yang jadi guru bahasa inggris di sebuah Boarding School ternama khusus laki-laki, langsung kebayang Jumanji. Film itu bikin gue terkesima, film Jumanji. Sampek gue kepengen banget punya kotak mainan yang bisa bawa gue ke sebuah petualangan seru, (baca: ke luar dari dunia yang kejam dan menyakitkan ini). Dia adalah Robin Williams. Eh, gue kaget juga setelah selesai nonton baru nyadar ada Ethan Hawke yang berperan sebagai Todd Anderson; cowok pemalu, nggak pedean, yang pada akhirnya dia jadi pemberani karena guru bahasa inggrisnya. Itu baru namanya dedikasi sejati.
Serunya lagi, Mr. Keating ngajar dengan cara istimewa. Pada zaman itu, model guru bahasa inggris kayak Mr. Keating ini -yang mengajarkan kebebasan berekspresi, kreativitas tanpa batas, menentukan sendiri pilihan hidup yang dikehendaki, pokoknya semua jenis alur berpikir without box- adalah hal baru, bahkan tabu. Ya kayak di Indonesia aja gitu. Zaman orba mana ada kebebasan berekspresi. Liat aja gaya sang Guru, songong maksimal.
Apa itu Dead Poets Society?
Itu adalah nama kelompok atau perkumpulan yang dibuat Mr. Keating sewaktu dia masih sekolah, di sekolah yang sama dengan tempat dia mengajar. Kelompok yang berbahagia dengan isi kepala milik mereka sendiri, tanpa ada intimidasi siapapun. Sampek dicontek sama murid-muridnya Mr. Keating; Todd Anderson dkk. Penggagas pertamanya bukan Todd, tapi Neil (teman sekamar Todd). Todd malah tadinya nggak mau gabung karena takut. Todd ini paling pengecut di kelompok itu. Neil ketua kelompoknya.
Ada juga sih yang lain yang lebih songong dari Neil. Neil ini yang paling bijak. Akhirnya, terbentuklah tim Dead Poets Society 2nd Generation. Mereka ngumpul tiap malam, kalo udah masuk waktu istirahat panjang (tidur). Pergi ke gua di tengah hutan, nyalain lilin, duduk melingkar, baca puisi, main musik, ketawa-ketiwi, bahkan sampe berani bawa perempuan ke lingkaran mereka. Satu hal yang sangat keras dilarang di sekolah.
Sastra: Jalan Menuju Revolusi
Mantan Presiden Amerika, John F. Kennedy pernah bilang “Kalau politik kotor, puisilah yang akan membersihkannya“. Dalam lembar sejarah panjang peradaban, kita nggak bisa menolak bahwa puisi terus-menerus hidup bersama perjuangan. Ia bebas berjuang tanpa terikat batasan waktu, ruang dan tempat. Puisi laksana air mengalir, angin bergulir, merasup ke tiap-tiap celah. Rohinah M Noor keren banget nulis di bukunya, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, bahwa puisi adalah wujud atas perkawinan akal dan perasaan, sel-sel majas konotatif maupun denotatif yang sering menyulut api perubahan dan menjadi semacam lampu ajaib yang sanggup menerangi kelamnya politik.
Contohnya, sewaktu Kennedy dilantik jadi presiden Amerika Serikat, dia langsung ingat peran puisi. Buktinya, dia undang Robert Frost, penyair besar Amerika pada pertengahan abad 20 untuk membacakan puisi di depannya. Habis itu, Kennedy bilang kalimat di atas, yang gue cetak miring. Eh, ternyata Mr. Keating juga ngutip perkataan Robert Frot loh di film ini! AAAAKK!! *kayak ketemu jodoh* #mulaimendrama :”) “Jalan bercabang di hutan dan saya mengambil jalan yang jarang dilalui”
Ada lagi, penyair-penyair ulung yang ada di barisan Rasulullah Saw; Ka’ab bin Zuhair, Abdullah Ibnu Rawahah, Hindun binti Utbah, Hasan bin Tsabit, dan Labid bin Rabi’ah. Kelima penyair ini melalui puisi-puisinya yang bergelora punya kisah sendiri. Sangat mengharukan saat turut mengiringi perjuangan Rasulullah Saw melawan kafir Quraisy dan pembentukan awal negara Madinah. Contohnya, ketika perang Mu’tah, pasukan Ibnu Rawahah jumlahnya sekitar 25.000 orang sanggup mengalahkan kedigdayaan pasukan Romawi yang jumlahnya lebih dari 25.000 prajurit. Apa rahasia ketidakgentaran pasukan muslim? Selain bantuan Allah tentunya.
PUISI.
Ibnu Rawahah menjadikan puisi-puisinya sebagai slogan perjuangan para sahabat yang gemetar dan hatinya ciut saat melihat barisan tempur Raja Hercules (Romawi). Saat melihat pasukannya yang hendak mundur, ia selalu tampil di depan dan menyenandungkan puisinya.
duhai diri…
bila kamu tidak terhunus pedang di medan juang
suatu saat, kamu tetap akan gugur
meski kamu hanya tidur di atas ranjang
Puisi dan Slogan Perjuangan
Puisi lahir dalam konteks sosial dan realitas di zamannya. Penyair Indonesia contohnya, setiap zaman beda. Angkatan 20-an, biasa disebut Angkatan Balai Pustaka. Karya-karya pada zaman itu, periode itu, mayoritas diterbitkan oleh Balai Pustaka dan tema-tema mayoritas yang digunakan adalah kepatuhan pada adat, kesetiaan istri pada suami atau ortu, hasrat dan pentingnya belajar. rasa sayang dan hormat kepada sesama.
Angkatan 30-an/Pujangga Baru dominasi temanya lebih ke jiwa yang dinamis, individualistis, nggak mempersoalkan tradisi sebagai topik sentral. Angkatan 45/Chairil Anwar, soalnya perjuangan beliau sangat besar dalam melahirkan sastrawan di angkatan ini. Ketebak lah ya, angkatan 45 ini lagi on fire banget, semangat, pol-polan pokoknya. Ada juga angkatan 66, 70, 80-an, reformasi, dan angkatan 2000.
Puisi bisa menyentuh hati umat manusia, melampaui batas identitas. Ya soalnya sang penyair meniptakan puisi bersumber murni dari mata batin *nggak tau ya kalo yang kode-kodean* ? Ketika kekerasan mematikan unsur kemanusiaan, maka puisi dengan fitrahnya maju sebagai penggugat dan pembela. Steve Murphy misalnya, salah seorang penulis biografi Arthur Rimbaud bilang kalo puisi-puisi Rimbaud ini menunjukkan pemberontakannya. Dia sering pake kata batu, besi, karang sebagai pertanda semangatnya terhadap perubahan ketika menghadapi dimensi kekuasaan yang zalim. Aduh, nggak beres-beres kalo ngobrolin puisi. Ajaib! ?
Melting, huhuhu…
Gue cuma mau bilang satu kata itu aja. Huhuhu-nya tambahan, soalnya gue terharu berat pas nontonnya. Ngefek, sampek gue ulang berapa kali tauk dah. Pesen-pesennya tuh ngena bangeeeeettt. Sayang, endingnya nggak asik. Nggakpapa nggakpapa. Lumayan. Setelah nonton yah, gue pake slogan itu di banyak tempat di medsos. Racuuuun racuuuuuuun! Artinya indah banget lho. Serius. Gue kutip ya,
“The Virgins to Make Much Time”
Gather you rosebuds while you may
Old time is still a flying
and this same flower that smiles today,
tomorow will be dying“Untuk Gadis yang Menciptakan Banyak Waktu”
Kumpulkan sekuntum mawar selagi kau bisa
Lamanya waktu yang masih terbang
Dan ini adalah bunga yang sama yang tersenyum hari ini
besok akan menjadi layu
Istilah latin dari ungkapan Gather you rosebuds while you may adalah “Carpe Diem” atau “Petiklah (Rebutlah) Hari”. Setelah salah satu muridnya baca puisi itu, Mr. Keating bilang, “Kenapa penulis pakai istilah itu? karena kita adalah makanan cacing-cacing. Karena percaya atau tidak, keseluruhan dari kita di ruangan ini suatu hari akan berhenti bernapas, kedinginan, dan mati. Rebutlah hari, anak-anak! Buatlah hidupmu lebih berarti…”
Ini kelompok “DPS”
Selamat mengunduh (kalo susah minta temen, hihi)
Selamat menonton (bagi yang udah punya) ?
Ringan, menghibur sekaligus berisi. Dan dengan ‘parting shot’ yang membekas. Nonton waktu midnight show dulu.