Akhirnya, saya siapkan jawaban dengan beberapa versi. Pertama, di departemen saya ada proyeksi karir sewaktu pertama kali pembekalan mahasiswa baru. Di antara sekian banyak prospek pekerjaan yang kesemuanya keren-keren, saya pilih wartawan.
Kedua, saya mencintai dunia tulis-menulis, maka saya ambil aktivitas yang masih berhubungan dengan literasi. Jurnalistik ini, salah satunya.
Ketiga, saya punya kebutuhan untuk bertemu orang baru, jalin pertemanan dengan beragam jenis kepribadian, diskusi, silaturahim, dan membangun jaringan. Maka saya pilih wartawan sebagai pintu gerbang supaya saya punya banyak kawan.
Tiga jawaban itu betul semua, tapi niat paling pertama ketika memutuskan jadi jurnalis adalah alasan ketiga.
Nah, lain kali mungkin lebih baik saya jawab aja,
“Bapak/Ibu maunya saya jadi apa? Jadi mantu?”
|
|
|
|
|
Kelar idup lo, pak!